Sabtu, 02 Februari 2013

penilaian praktikum

                                                                          BAB I
PENDAHULUAN
Sejak pertama praktikum (kegiatan laboratorium) menjadi bagian integral dalam pendidikan IPA, khususnya biologi.Hal ini menjadi petunjukbetapa pentingnya peranan praktikum dalam pencapaian tujuan-tujuan pendidikan IPA.Keberadaan praktikum banyak didukung oleh para pakar psikologi belajar, pakar IPA maupun para pakar pendidikan, sekalipun masing- masing meninjau dari sisi yang berbeda tentang manfaat praktikum. Selain itu hasil-hasil riset yang dilaporkan dalam jurnal profesional di bidang pendidikan IPA serta abstrak disertasi atau skripsi menunjukkan efek positif dari praktikum terhadap pengajaran IPA.Walaupun secara formal praktikum sudah menjadi komponen dalam pembelajaran biologi di sekolah-sekolah di Indonesia, namun dalam hal ini ingin dibahas lebih jauh apakah praktikum di sekolah telah dilaksanakan optimal ataukah belum dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang disuratkan kurikulum. Terlebih penting lagi bila kita tinjau bahwa praktikum ini dalam penyelenggaraannya tidak sedikit menyita dan, waktu dan tenaga dalam mempersiapkannya. Seimbangkah pengeluaran dana, waktu , dan tenaga dengan perolehan yang mungkin siswa dapatkan melalui kegiatan praktikum?Apakah tujuan kita menyelenggarakan praktikum biologi? Bagaimanakah bentuk praktikum yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai?Berbagai kritik telah banyak dilontarkan para pakar terhadappelaksanaan kegiatan praktikum biologi dewasa ini berkenaan dengan terlalu terstrukturnya kegiatan praktikum serta terfokusnya kegiatan praktikum pada tujuan memanfaatkan penguasaan konsep dan melupakan tujuan lainnya.Kritik-kritik ini mencerminkan telah berkembangnya pandangan baru dengan fungsi dan format kegiatan praktikum serta besarnya harapan masyarakat pendidikan terhadap perolehan kegiatan praktikum itu sendiri.




BAB II
PEMBAHASAN
A.   Pengertian praktikum atau eksperimen
Kata praktikum berasal dari kata practiqu / pratique (Prancis), practicus (Latin), atau praktikos (Yunani) yang secara harfiah berarti “aktif” atau prattein / prassein (Yunani) yang berarti “ mengerjakan”.Dalam bahasa Inggris, praktikum bermakna sama dengan excersice (exercice) [Prancis], exercitium / execere [Latin] yang secara harfiah berarti “tetap aktif/sibuk” yang juga bermakna sama dengan “latihan” atau “responsi”.
Menurut Djamarah dan Zain (2002:95) memberi pengertian bahwa metode praktikum adalah proses pembelajaran dimana peserta didik melakukan dan mengalami sendiri, mengikuti proses, mengamati obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan suatu obyek, keadaan dan proses dari materi yang dipelajari tentang gejala alam dan interaksinya. Sehingga dapat menjawab pertanyaan ‘ bagaimana prosesnya?’ terdiri dari unsur apa? Cara mana yang lebih baik?Bagaimana dapat diketahui kebenaranya?Yang semuanya didapatkan melalui pengamatan induktif.
     Menurut Sund dan Trowbridge, dalam Sumaji, 2003: 43 kerja laboratorium atau praktikum meliputi :
1)      merencanakan eksperimen dan menyusun hipotesis-hipotesis,
2)       merakit peralatan,
3)       menyusun bahan dan peralatan,
4)       melakukan pengamatan terhadap gejala-gejala alamiah,
5)      melakukan pengamtan terhadap suatu proses,
6)      mengumpulkan dan mencatat data,
7)      melakukan modifikasi  peralatan,
8)      melakukan pembacaan pada alat pengukur ,
9)      kalibrasi peralatan,
10)  menggambar bahan dan grafik,
11)   menganalisis data,
12)  menarik kesimpulan dari data,
13)   membuat laporan eksperimen,
14)   memberi penjelasan tentang eksperimen yang dilakukan,
15)   mengidentifikasi permasalahan untuk studi lanjutan,
16)  melepas, membersihkan, menyimpan, dan memperbaiki peralatan.
Praktikum Merupakan bentuk pengajaran yang kuat untuk membelajarkan keterampilan, pemahaman, dan sikap. Menurut Zaenuddin (1996) secara rinci praktikum dapat dimanfaatkan:
1)      untuk melatih keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan mahasiswa:
2)      memberi kesempatan pada mahasiswa untuk menerapkan dan ingintegrasikan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya secara nyata dalam praktek
3)      membuktikan sesuatu secara ilmiah atau melakukan scientific inquiry
4)      menghargai ilmu dan keterampilan dimiliki.
Khusus untuk sains, menurut Woolnough & Allsop (Rustaman, 1995) sedikitnya ada empat alasan yang dikemukakan para pakar pendidikan sains mengenai pentingnya kegiatan praktikum.Pertama, praktikum membangkitkan motivasi belajar sains.Kedua, praktikum mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar melaksanakan eksperimen.Ketiga, praktikum menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah.Keempat, praktikum menunjang pemahaman materi pelajaran.
Kemampuan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (2002 :708) mengandung pengertian “kesanggupan, kecakapan, kekuatan”. Sedangkan,praktikum menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti “ bagian dari pengajaran yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan melaksanakan dari keadaan nyata apa yang diperoleh dari teori.” Sehingga kemampuan praktikum dapat disimpulkan sebagai kesanggupan atau kecakapan siswa dalam pelaksanaan praktikum Memperbaiki/ reparasi Radio.Proses pembelajaran pada sekolah kejuruan membutuhkan pengalaman kongkrit yang dapat kita peroleh melalui kegiatan praktikum. Menurut Soekarno dkk (1990 : 14) “metode praktikum adalah suatu cara mengajar yang member kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu fakta yang diperlukan atau ingin diketahuinya”.
Kegiatan praktikum pada dasarnya dapat digunakan untuk :
1.      Mendapatkan atau menemukan suatu konsep, mencapai suatu definisi sampai mendapatkan dalil-dalil atau hukum-hukum melalui percobaan yang dilakukannya.
2.      Membuktikan atau menguji kebenaran secara nyata tentang suatu konsep yang telah dipelajari.
Dengan pembuktian tersebut maka siswa akan lebih yakin dan lebih memahami tentang konsep tersebut. Agar praktikum dapat difungsikan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan, maka kegiatan praktikum dilaksanakankegiatan praktikum dalam pembelajaran IPA sangat berperan dalam mengembangkan keterampilan proses siswa. Akan tetapi ternyata hasil penelitianAnggraeni (2001), menunjukkan bahwa praktikum masih kurang diberdayakan dilapangan.Masih banyak guru yang enggan melakukan praktikum karena dianggapmenyita banyak waktu dan tenaga.Hasil penelitian tersebut mengungkap bahwa beberapakonsep sulit dan abstrak justru diajarkan hanya dengan ceramah.Padahal menurut KTSP(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) konsep tersebut disarankan untuk diajarkandengan praktikum.Adapun alasan guru tidak melakukan praktikum pada konsep tersebutadalah karena kekurangan waktu dan kurang kemampuan dalam mengaplikasikankonsep-konsep yang sulit.
Berdasarkan gradasi keterlibatan mahasiswa dalam menentukan tujuan, sarana,
metode serta sifat hasil yang diharapkan, praktikum dapat dibedakan menjadi lima
kategori sebagai berikut (Zaenuddin, 1996: 13-5).

Kategori
Tujuan
Alat/Bahan
Metode
Hasil
0
Tertentu
Tertentu
Tertentu
Tertentu
1
Tertentu
Tertentu
Tertentu

2*
Tertentu
Tertentu
sebagian
Tertentu
sebagian
Terbuka
3*
Tertentu
Terbuka
Terbuka
Terbuka
4
Terbuka
Terbuka
Terbuka
Terbuka

 



·         Praktikum kategori 0 diselenggarakan untuk semata-mata memberikan keterampilan dan dapat mendapatkan hasil dengan kualifikasi tertentu.
·          Praktikum kategori 1 mirip dengan praktikum kategori 0, tetapi hasilnya masihterbuka (tidak harus dengan kualifikasi tertentu, tetapi dalam gradasi tertentu)dan praktikan dapat menerangkan alasan terjadinya hal tersebut.
·         Praktikum kategori 2 mirip praktikum kategori 1, tetapi sebagian alat/bahandan metode dapat digunakan di luar rasional atau pembenaran tertentu.
·          Praktikum kategori 3 mirip kategori 1, tetapi alat/bahan dan metodesepenuhnya diserahkan kepada praktikan dengan dasar rasional danpembenaran tertentu.
·         Praktikum kategori 4 merupakan tugas praktikum pada tingkat paling tinggidan pada umumnya dilaksanakan dalam bentuk tugas akhir atau skripsi

1.      Beberapa Alasan bagi Kegiatan Praktikum
Sedikitnya ada empat alasan yang dikemukakan para pakar pendidikanIPA mengenai pentingnya kegiatan praktikum (Woolnough & Allsop, 1985: 5-8).
1.        praktikum membangkitkan motivasi belajar IPA.
2.        praktikum mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar melaksanakaneksperirnen.
3.        praktikum menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah.
4.        praktikum menunjang pemahaman materi pelajaran.
1.1 Praktikum dan Motivasi Belajar IPA
Motivasi mempengaruhi belajar siswa yang termotivasi untuk belajar untuk belajar lebih mendalam.Menurut faham psikologi humanisme dalam diri individu terdapat dorongan untuk memperoleh pengetahuan dan kemampuan (Yelon, 1977: 300).Motivasi ini merupakan motivasi instrinsik yang independen dari motivasi ekstrinsik.Praktikum memberi kesempatan kepada siswa untuk memenuhi dorongan rasa ingin tahu dan ingin bisa.Prinsip ini sangat menunjang kegiatan praktikum yang di dalamnya siswa menemukan pengetahuan melalui eksplorasinya terhadap alam.

1.2  Praktikum Mengembangkan Keterampilan Dasar Bereksperimen
Kegiatan yang banyak dilakukan scientist adalah melakukan eksperimen. Untuk melakukan eksperimen diperlukan keterampilan dasar,seperti mengamati, mengestimasi, mengukur dan manipulasi peralatan biologi.Dalam rangka mengembangkan kemampuan eksperimen pada diri mahasiswa melalui kegiatan praktikum perlu dilatihkan kemampuan observasi secara cermat, agar mereka mampu melihat kesamaan dan perbedaan serta menangkap sesuatu yang essensial dari fenomena yang diamatinya. Siswa perlu dilatih mengukur secara akurat dengan instrumen yang sederhana maupun yang lebih canggih agar dapat memperluas sifat-sifat fisis yang di luar jangkauan indera manusia.Kegiatan menggunakan alat diperlukan agar siswa dapat menangani alat secara aman.Lebih lanjut teknik yang diperlukan untuk merancang, melakukan dan menginterpretasikan eksperimen perlu pula dikembangkan melalui kegiatan praktikum.

1.3 Praktikum Menjadi Wahana Belajar Pendekatan Ilmiah
Diyakini oleh banyak pakar pendidikan IPA bahwa tidak ada cara terbaik agar siswa belajar pendekatan ilmiah kecuali menjadikan mereka sebagai scientist.Nuffield, suatu proyek pengembangan kurikulum di Inggris mengembangkan kegiatan praktikum IPA dengan prinsip ini. Namun demikian terdapat penafsiran yang berbeda di kalangan pakar tentang apa yang dilakukan scientist, sehingga berkembang beberapa model dalam organisasi praktikum IPA sesuai perbedaan penafsiran tadi.
Penganut faham Francis Bacon memandang pekerjaan scientist adalah mengumpulkan pola hubungan diantara data, dan selanjutnya menemukan teori untuk merasionalisasi semua itu.Pandangan ini melahirkan model praktikuminduktif, dari fakta menuju perampatan (generalisasi).
Penganut faham Popper memandang scientist mengawai  penyelidikannya dengan suatu hipotesis yang diturunkan dari gabungan antara pengalaman dan kreativitasnya. Lebih lanjut scientist menguji kesalahan atau kebenaran hipotesisnya itu melalui observasi dan eksperimen.Faham ini melahirkan model praktikum verifikasi.Kegiatan praktikum lebih diarahkan pada pembuktian teori yang telah dipelajari siswa sebelumnya.Pandangan bahwa scientist sebagai penemu (discovery) pengetahuan dijadikan acuan oleh Amstrong untuk mengembangkan pendekatan hauristik.Pandangan ini mendapat dukungan dari Bruner dan pakar lainnya.Pada awalnya metode Amstrong menekankan pentingnya kegiatan praktikum secara individual dan dalam kegiatan itu maka mahasiswa bagaikan seorang scientist yang sedang melakukan eksperimen. Dalam kegiatan praktikum mahasiswa merumuskan masalah, merancang eksperimen, merakit alat, melakukan pengukuran secara cermat, menginterpretasi data perolehannya, serta mengkomunikasikannya melalui laporan yang disusunnya.Penggunaan metode heuristik dalam pendidikan IPA dengan kegiatan praktikumnya mendapat kritik karena lebih menekankan metode inkuiri untuk menemukan daripada "subject matter". Penekanan yang lebih pada penyelidikan menyebabkan terbengkalai- nya pengajaran konsep dari prinsip IPA serta kurangnya kesimpulan yang membuka wawasan mahasiswa tentang aspek aspek IPA yang berkaitan dengan lingkungan hidup dan masyarakat.
Pandangan lain berasal dari Polanyi yang mengatakan bahwa kegiatan ilmiah perlu dibiasakan sebagai kegiatan keterampilan, bergantung kepada pengetahuan pribadi tentang suatu hal dan pertimbangan atributnya. Melalui pengalaman seorang scientist membangun konsep dan kepekaan terhadap gejala alam yang diamatinya.Dengan demikian sejak kecil siswa sudah dilatih mengembangkan bakat dan minat, sehingga dia dapat menyimpulkan secara intuitif dengan data yang sedikit pada waktu melakukan eksperimen. Model ini dapat dilihat pada proyek-proyek Nuffield untuk biologi lanjutan (advanced).
1.4 Praktikum Menunjang Materi Pelajaran
Umumnya para pakar berpendapat bahwa praktikum dapat menunjang pemahaman siswa terhadap materi pelajaran biologi.Praktikum member kesempatan bagi siswa untuk membuktikan teori, menemukan teori atau mengelusidasi teori.Dari kegiatan-kegiatan tersebut maka pemahaman mahasiswa terhadap suatu pelajaran telah merasionalisasi fenomena ini. Banyak konsep dan prinsip belajar IPA dapat terbentuk dalam pikiran mahasiswa melalu proses perampatan (generalisasi) dari fakta yang diamati dalam kegiatan praktikum. Kegiatan praktikum juga dapat membentuk ilustrasi bagi konsep dan prinsip biologi. Keyakinan akan kontribusi praktikum bagi pemahaman mater pelajaran diungkapkan dengan semboyan: " I hear and Iforget, I see and remember, I do and I understand'.Secara khusus hakikat kegiatan praktikun dapat dilihat dalam lampiran.

2.      Tujuan Dan Bentuk Praktikum
Sebagai hasil sintesis berbagai pandangan tentang kepentingan praktikum dalam pendidikan biologi dapat dikemukakan bahwa terdapat tiga aspek tujuan dalam praktikum sebagaimana dikemukakan oleh Woolnough (1989), yakni
1.        mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen ;
2.        mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dengan pendekatan ilmiah
3.        meningkatkan pemahaman mengenai materi pelajaran
2.1  Praktikum untuk mengembangkan keterampilan dasar
Tujuan pertama lebih bersifat "atomistik", karena mengembangkan keterampilan-keterampilan spesifik seperti mengamati, mengukur, menafsirkan data, menggunakan alat. Tujuan ini tak kalah pentingnya dengan dua tujuan yang lain. Penguasan keterampilan dasar ini memberikan kemudahan bagi pencapaian tujuan praktikum lainnya.Disamping itu kebiasaan kerja secara cermat, bersih, dan sistematis dapat berkembang bersamaan dengan pencapaian tujuan ini.
Bentuk kegiatan yang mendukung pencapaian tujuan yang pertama adalah "latihan".Keterampilan hanya dapat dikembangkan melalui latihan.Oleh karena itu mesti ada kegiatan praktikum yang lebih menekankan pengembangan keterampilan menggunakan alat, observasi, mengukur, danketerampilan lainnya.Berikut ini contoh kegiatan praktikum yang berupa latihan.
a.       Menggunakan mata, kaca pembesar, mikroskop untuk mempelajari struktur jaringan serta sel epidermis bawang.
b.      Mengamati, menggambar dan mengklasifikasi flora dan fauna
c.        Menggunakan kunci determinasi
d.      Mengestimasi jumlah daun sebuah pohon
e.       Memanaskan cairan atau padatan dalam tabung reaksi
f.       Bekerja secara aman dengan organisme tertentu (vertebrata, invertebrata, mikroba)
g.      Melaksanakan secara benar uji (kirniawi) baku (rnisalnya uji amilum, uji glukosa)
h.      Merakit dengan benar (misalnya mengontrol eksperimen pertumbuhan tanaman).
Banyakpendapat yang menyatakan bahwa pengembangan keterampilan “ in built” dalam kegiatan praktikum menemukan atau membuktikan konsep. Akan tetapi pengalaman menunjukkan bahwa sering terjadi siswa tidak berpikir tentang hal-hal yang bersifat teoritis manakala mereka berkonsentrasi teknikalitas alat-alat.Pengalaman lainnya menunjukkan bahwa dorongan besar ke arah penemuan konsep atau pembuktian konsep menyebabkan siswa tidak belajar keterampilan secara baik, serta melupakan unsur-unsur kejujuran, ketelitian, dan keselamatan kerja.
2.2   Praktikum dan kemampuan memecahkan masalah
Tujuan kedua mengisyaratkan perlunya kegiatan praktikum yang mengembangkan kemampuan bekerja seperti seorang scientist. Melalui kegiatan praktikum mahasiswa memperoleh pengalaman mengidentifikasi masalah nyata yang dirasakannya, serta merumuskannya secara operasional, merancang cara terbaik untuk memecahkan masalahnya dan mengimplementasikannya dalam laboratorium, serta menganalisis dan mengevaluasi hasilnya.
Praktikum yang menunjang tujuan ini haruslah berbentuk penyelidikan (investigation) dalam bentuk proyek-proyek yang dapat dilaksanakan di laboratorium, lingkungan atau di rumah. Praktikum yang bersifat penyelidikan memberi kesempatan untuk belajar "divergent thinking" dan memberi pengalaman "merekayasa" suatu proses, sesuatu kemampuan yang diperlukan dalam pengembangan teknologi. Berikut ini dikemukakan contoh kegiatan praktikum yang bersifat penyelidikan.
a)      Bagaimana mendapatkan kecambah dari biji sirsak ?
b)       Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi penguapan air pada tumbuhan,atau pengambilan nutrisi pada tumbuhan ?
c)      Membandingkan kadar alkohol hasil fermentasi berbagai sari buah.
d)      Mencari hubungan kekerabatan antara beberapa jenis tumbuhan yang memiliki khasiat dan banyak terdapat di lingkungan sekitar.
e)      Mencari hewan invertebrata yang dapat digunakan sebagai indicator pencemaran air limbah.
f)       Mempelajari persebaran dan habitat hewan-hewan kecil di sekitar sekolah atau kampus.
g)       Faktor-faktor lingkungan apa yang mempengaruhi populasi Daphnia?
2.3  Praktikum untuk Peningkatan Pemahaman Materi Pelajaran
Tujuan ketiga merefleksikan perlu adanya kontribusi Praktikum pada pening kegiatankatan pemahaman serta perluasan wawasan pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, teori) siswa.Kontribusi ini hanya dapat terwujud jika ada kegiatan praktikum yang bersifat memberikan pengalaman bagi mahasiswa untuk mengindera fenomena alam dengan segenap inderanya (peraba, penglihat, pengecap, pendengar dan pembau).Pengalaman langsung siswa dengan fenomena alam menjadi prasyarat vital untuk pemahaman materi perkuliahan.Apabila kegiatan praktikum berformat "discovery", fakta yang diamati menjadi landasan pembentukan konsep atau prinsip dalam pikirannya.Apabila kegiatan praktikum berformat "verifikasi", fakta yang diamati menjadi bukti konkret kebenaran konsep atau prinsip yang dipelajarinya, sehingga pemahaman siswa diharapkan lebih mendalam sesuai dengan semboyan "I do and I understand".
a) Mempelajari dan menyayat bagian tumbuhan (bunga, buah)
b) Menangani hewan tertentu (vertebrata, invertebrata, insekta)
c) Memperlihatkan pergerakan organisme sederhana (misalnya Amoeba)
d) Eksplorasi respons fisiologis untuk latihan
e) Menumbuhkan dan memelihara tanaman tertentu
Tiga macam bentuk praktikum yang ditawarkan hendaknya tidak dipandang mesti terisolasi satu sama lain. Dalam implementasinya dapat dibentuk hibrid-hibrid dari ketiga bentuk praktikum itu dengan kontribusi masing-masing yang bervariasi.
Asas yang penting perlu digunakan dalam pemilihan bentuk praktikum adalah perkembangan dan keragaman. Bersamaan dengan meningkatnya jenjang pendidikan, seyogianya praktikum makin bersifat "divergen" dan lebih "menantang", sesuai dengan makin meningkatnya kemampuan kognitif serta bertambahnya pengetahuan dan keterampilan peserta praktikum. Namun demikian keragaman bentuk praktikum diperlukanpula untuk mencegah situasi monoton dan membosankan pada satu jenjangpendidikan (Lagowsky, 1989; McDowell & Waddling, 1985).
B.   Penilaian Praktikum
Penilaian merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam proses pendidikan.Melalui penilaian,pelaku pendidikan mendapatkan gambaran sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai (Tyler dalam Arikunto,2001 : 3).Dalam pembelajaran, penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan (Badan StandarNasional Pendidikan, 2006 : 16). Oleh karena itu, sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran dan penilaian dalam kegiatan pembelajaran harus bermuara pada penguasaan kompetensi yang diharapkan (Depdiknas, 2005 : 5).
Arikunto berpendapat bahwa penilaian pendidikan adalah kegiatan menilai yang terjadi dalam kegiatan pendidikan. Tujuan atau fungsi dari penilaian itu sendiri menurut Arikunto dibagi menjadi empat fungsi, yaitu :
(1). Penilaian berfungsi selektif,
(2). Penilaian berfungsi diagnostik,
(3). Penilaian berfungsi sebagai penempatan, dan
(4). Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan.
Menurut Oemar Hamalik (2004), penilaian merupakan salah satu aspek dari tiga aspek dalam proses belajar mengajar yang meliputi :
(1) tujuan pengajaran,
(2) prosedur belajar mengajar, dan
(3) penilaian hasil belajar.
Salah satu bentuk penilaian yang mendukung penilaian secara konprehensif adalah penilaian berdasarkan penilaian pengamat terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi.Penilaian dilakukan terhadap unjuk kerja, tingkah laku, dan interaksi siswa. Cara penilaian ini lebih autentik daripada tes tertulis karena apa yang dinilai lebih mencerminkan kemampuan siswa yang sebenarnya (Depdiknas, 2004). Selain itu berdasarkan penelitian Tajudin (2000) dengan pelaksanaan kinerja memberikan suasana baru.Pengaruhnya terhadap kinerja siswa dalam kegiatan praktikum memberikan efek yang positif dalam peningkatan prestasi belajar. Hal ini terbukti ketika dilakukan beberapa proses penilaian terhadappeningkatan kinerja dari kegiatan praktikum siswa.
Pembelajaran biologi yang dilaksanakan di sekolah dewasa ini masih bersifat hafalan, kering, dan kurang mengembangkan proses berfikir siswa (Rustaman & Rustaman, 1997: 9-10). Masih banyak guru biologi yang kurang memanfaatkan kegiatan praktikum sebagai sarana mempelajari konsep biologi (Kertodirekso et al., 1986).Padahal kemampuan berfikir siswa dalam membangun konsep-konsep IPA menurut Rustaman(1996:6-8),dapat dikembangkan melalui kegiatan praktikum.Kegiatan praktikum juga dapat memberikan pengalaman belajar IPA secara nyata kepada siswa dan mengembangkan keterampilan dasar bekerja di laboratorium seperti seorang scientist.
Asesmen kinerja
Asesmen kinerja terutama sangat sesuai dalam menilai keterampilan proses sains (Stiggins,1994; Marzano et al , 1994). Keterampilan proses siswa yang dapat dinilai meliputi keterampilanproses intelektual (seperti keterampilan observasi, berhipotesis, menerapkan konsep, merencanakanserta melakukan penelitian, dan lain-lain), keterampilan fisik (psikomotor), dan keterampilan social (kerja sama kelompok). Asesmen kinerja sangat tepat bila digunakan dalam kegiatan praktikumBiologi.Bentuk asesmen kinerja tersebut adalah asesmen kinerja klasikal, asesmen kinerja kelompok dan asesmen kinerja personal.
a. Asesmen kinerja klasikal
Asesmen kinerja siswa secara klasikal terbukti paling mudah dan efisien untuk digunakandalam kegiatan praktikum sehari-hari.Format penilaian ini paling sederhana dan dapat menilaikinerja siswa keseluruhan. Guru juga dapat memperoleh feed back lebih menyeluruh tentangketerampilan siswa di kelasnya. Melalui penilaian kinerja klasikal ini, pencapaian tujuan praktikumdapat dilihat secara umum dan langsung pada seluruh siswa.Penelitian yang dilakukan telah mengembangkan suatu bentuk asesmen kinerja klasikalpraktikum biologi.Bentuk asesmen kinerja klasikal yang dapat digunakan dan dikembangkanoleh guru.
b. Asesmen kinerja kelompok
Asesmen Kinerja kelompok sangat efektif digunakan untuk melihat kerjasama di antara
anggota kelompok dan kualitas kerja tim selama kegiatan praktikum. Untuk kemudahan jalannya
asesmen kinerja kelompok, guru dapat mengawali dengan hanya mengases beberapa kelompok
sesuai kesanggupan guru. Sebagian kelompok lainnya dapat dinilai kinerjanya pada praktikum
selanjutnya, sehingga dengan beberapa kegiatan praktikum, guru dapat menilai kinerja seluruh
kelompok.Penelitian yang dilakukan telah mengembangkan suatu bentuk asesmen kinerja kelompokpraktikum biologi. Bentuk asesmen kinerja kelompok yang dapat digunakan dan dikembangkanoleh guru .
c. Asesmen kinerja secara individual
Asesmen kinerja secara individual paling tepat dipilih untuk mengungkap sikap dan keterampilan personal siswa..Dengan jumlah siswa yang sangat banyak,asesmen kinerja individual ini agak sulit dilakukan.Untuk kemudah proses asesmen kinerja individual,guru dapat mengawali dengan hanya mengases beberapa orang siswa sesuai kesanggupan guru. Sebagian siswa lainnya dapat dinilai kinerjanya pada praktikum selanjutnya, sehingga dengan beberapa kegiatan praktikum, guru dapat  menilai kinerja seluruh siswa.Penelitian yang dilakukan telah mengembangkan suatu bentuk asesmen kinerja individual  pada praktikum biologi. Bentuk asesmen kinerja individual yang dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru .
3. Penilaian laporan hasil kegiatan
Penilaian laporan hasil kegiatan siswa seperti hasil observasi lapangan, laporan praktikum,jurnal penelitian dll.memerlukan suatu kriteria standar penilaian. Hal ini sangat penting agarpenilaian lebih obyektif, efektif, dan memudahkan guru. Kriteria standar penilaian laporan hasilkegiatan yang efisien harus bersifat praktis, mudah digunakan, mencakup seluruh aspek yang perludinilai, dan mempercepat proses penilaian laporan oleh guru. Pada akhir makalah ini (Lampiran 5)disajikan contoh kriteria standar asesmen/penilaian Laporan praktikum.Kriteria standar ini terbuktisangat efektif dan efisien untuk menilai kualitas laporan praktikum siswa.Kriteria standar ini jugaterbukti sangat memudahkan guru dalam melakukan asesmen.Hasil penelitian menunjukkan bahwapenggunaan standar penilaian laporan menyebabkan hasil penilaian guru menjadi lebih ajeg danlebih obyektif.
4. Penilaian diskusi praktikum (Hands on)
Kegiatan diskusi dan tanya jawab merupakan kegiatan penting dalam implementasi model pembelajaran berbasis daily life dan Hands on. Penilaian terhadap kualitas pendapat atau jawaban siswa memerlukan suatu kriteria standar penilaian.Hal ini sangat penting agar penilaian lebih dapat berlangsung obyektif, efektif, dan efisien. Format asesmen diskusi yang disusun oleh guru hendaknya berbentuk sederhana dan mudah digunakan tanpa menghambat keleluasaan gurum dalam memantau atau mengatur jalannya diskusi dan tanya jawab. Format yang disusun juga harus dapat mengungkap kualitas ide dan kemampuan komunikasi personal siswa.Contoh bentuk format asesmen diskusi yang dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru biologi.





BAB III
KESIMPULAN
1.      Kata praktikum berasal dari kata practiqu / pratique (Prancis), practicus (Latin), atau praktikos (Yunani) yang secara harfiah berarti “aktif” atau prattein / prassein (Yunani) yang berarti “ mengerjakan”.Dalam bahasa Inggris, praktikum bermakna sama dengan excersice (exercice) [Prancis], exercitium / execere [Latin] yang secara harfiah berarti “tetap aktif/sibuk” yang juga bermakna sama dengan “latihan” atau “responsi”.
2.      Praktikum Merupakan bentuk pengajaran yang kuat untuk membelajarkan keterampilan, pemahaman, dan sikap. Menurut Zaenuddin (1996) secara rinci praktikum dapat dimanfaatkan:
·         untuk melatih keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan mahasiswa:
·         memberi kesempatan pada mahasiswa untuk menerapkan dan ingintegrasikan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya secara nyata dalam praktek
·         membuktikan sesuatu secara ilmiah atau melakukan scientific inquiry
·         menghargai ilmu dan keterampilan dimiliki.
3.      tujuan dalam praktikum sebagaimana dikemukakan oleh Woolnough (1989), yakni
a.       mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen ;
b.      mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dengan pendekatan ilmiah
c.       meningkatkan pemahaman mengenai materi pelajaran
4.      Bentuk asesmen kinerja tersebut adalah asesmen kinerja klasikal, asesmen kinerja kelompok dan asesmen kinerja personal.






DAFTAR PUSTAKA
Rustaman, N.Y. (1995). Peranan Praktikum dalam Pembelajaran Biologi.
Bahan Pelatihan bagi Teknisi dan Laboran Perguruan Tinggi.Kerjasama FPMIPA IKIP Bandung dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Bandung: FPMlPA IKIP.
Zainuddin, M. (1996)."Panduan Praktikum" dalam Mengajar di Perguruan Tinggi.Bagian Empat. Program Applied Approach. Jakarta: PAU-PPAIDirektorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan danKebudayaan, pp. 13-1-13-45.
Faichney, G. 1996. Assessment and Evaluation.Makalah Seminar PPS. Bandung:IKIP